DENGAN MENYEBUT NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG
Segala puji hanya milik Allah yang telah mengangkat derajat umat manusia dengan ilmu dan amal, seluruh alam. Selawat dan salam semoga tetap terlimpah atas Nabi Muhammad saw, pemimpin seluruh umat manusia, dan semoga pula tercurah atas keluarga dan para sahabatnya yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.
This photo taken by writer, Amir Muhammad |
Penghormatan terhadap Ilmu dan orang Alim
Para penuntut tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa menghormati ilmu dan guru.
Imam As-Syairazy berkata:
"Guru-guruku berkata, Barangsiapa yang ingin anaknya menjadi orang alim, maka dia harus menghormati para ahli fiqih, dan memberi sedekah pada mereka. Jika ternyata anaknya tidak menjadi orang alim, maka cucunya akan menjadi orang alim".
Menghormati guru ialah, hendaknya seorang murid tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya, dan tidak memulai bicara padanya kecuali dengan izinnya.
Hendaknya tidak banyak bicara di hadapan guru, tidak bertanya sesuatu apabila guru sedang letih atau penat atau bosan. harus menjaga waktunya, jangan mengetuk pintunya, tetapi sebaliknya menunggu sehingga beliau keluar.
Salah seorang pembesar negeri Bukhara duduk dalam majlis pengajian, di tengah-tengah pengajian, dia sering berdiri. Lalu teman-temannya bertanya mengapa berbuat demikian. Dia menjawab, sungguh putra guruku sedang bermain di jalan oleh kerana itu jika aku melihatnya aku berdiri untuk menghormatinya.
Al Qadhi Fahruddin adalah seorang imam di daerah Marwa yang sangat dihormati oleh para pejabat negara. Beliau berkata,
"Aku mendapat kedudukan ini kerana aku menghormati guruku, Abi Yazid Addabusi. Aku selalu melayani beliau, memasak makanannya, dan aku tidak pernah ikut makan bersamanya".
Para penuntut ilmu dilarang meletakkkan kitab dekat kakinya ketika duduk bersila. hendaknya kitab tafsir diletakkan di atas kitab-kitab lain, dan hendaknya tidak meletakkan sesuatu di atas kitab.
Penuntut harus bagus dalam menulis kitabnya. Tulisannya harus jelas, tidak terlalu kecil sehingga sulit dibaca. Imam Abu Hanifah pernah melihat muridnya yang tulisannya sangat kecil sehingga tidak jelas, lalu beliau menegurnya,
"Jangan terlalu kecila dalam menulis, karena jika kamu sudah tua, pasti kamu menyesal, dan bila kamu mati, kamu akan dimaki orang yang melihat tulisanmu. (yakni jika kamu sudah tua dan pandangan mata sudah lemah, maka akan menyesal dengan perbuatan itu).
Seharusnya kitab itu dibentuk empat segi, begitu yang biasa dikerjakan oleh Imam Abu Hanifah. Supaya mudah dibawa dan dibaca.
Seharusnya tidak memakai tinta merah dalam menulis kitab, kerna hal itu kebiasaan para filosof, bukan kebiasaan Ulama salaf. Bahkan guru kami ada yang tidak mahu memakai kenderaan berwarna merah.
Hendaknya para penuntut ilmu mendengarkan ilmu dan hikmah dengan rasa hormat, sekalipun sudah pernah mendengarkan masalah tersebut seribu kali.
these pigments made by Huda Din at Sanaa, Yemen. |
Alhamdulillah.
Ta'lim Muta'allim
Syaikh Az-Zarnuji
penterjemah Abdul Kadir Aljufri
Surabaya.
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete